“Pendidikan Seumur Hidup”/”Life-Long Education”
(bukan “long life education”) adalah makna yang seharusnya benar-benar
terkonsepsikan secara jelas serta komprehensif dan dibuktikan dalam pengertian,
dalam sikap, perilaku dan dalam penerapan terutama bagi para pendidik di negeri
kita. Pendidikan seumur hidup merupakan sebuah sistem pendidikan
yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajar mengajar yang
berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Azas pendidikan seumur hidup
itu merumuskan suatu azas bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses
kontinue, yang bemula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia dan
tidak terbatas oleh waktu seperti pendidikan formal. Proses belajar seumur
hidup tidak hanya dilakukan seorang yang terpelajar, tetapi semua lapisan
masyarakat bisa melaksanakanya. Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk
belajar secara informal, non formal maupun formal baik yang berlansung dalam
keluarga, disekolah, dalam pekerjaan, dan dalam kehidupan masyarakat. Islam
menekankan pentingnya pendidikan seumur hidup, Nabi bersabda : Tuntutlah
ilmu dari buain sampai meninggal dunia.
Pemerintah juga
menekankan betapa perlu dan pentingnya pendidikan seumur hidup itu, melalui
kebijakan Negara ( Tap MPR No. IV / MPR / 1970 jo. Tap No. IV/ MPR / 1978
Tentang GBHN ) maka dimulailah konsep tentang pendidikan seumur hidup. Didalam
UU Nomor 20 tahun 2003, penegasan tentang pendidikan seumur hidup, dikemukakan
dalam pasal 13 ayat (1). Dengan pendidikan seumur hidup manusia di tuntut untuk
membantu individunya agar dapat mengikuti perubahan-perubahan sosial sepanjang
hidupnya, yang terpenting adalah manusia dapat bertahan dari segi apapun di era
globalisasi ini.
Karena didasarkan
betapa pentingnya pendidikan seumur hidup itu, maka memiliki beberapa urgensi
antara lain: Aspek ideologis, setiap manusia yang dilahirkan ke dunia
ini memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan, meningkatkan
pengetahuan dan menambah keterampilannya. pendidikan seumur hidup akan membuka
jalan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi diri sesuai dengan kebutuhan
hidupnya. Aspek ekonomis, pendidikan seumur hidup akan memberi peluang
bagi seseorang untuk meningkatkan produktivitas, memelihara dan mengembangkan
sumber-sumber yang dimilikinya, hidup di lingkungan yang menyenangkan-sehat,
dan memiliki motivasi dalam mendidik anak-anak secara tepat sehingga pendidikan
keluarga menjadi penting. Aspek sosiologis, di negara berkembang banyak
orangtua yang kurang menyadari pentingnya pendidikan sekolah bagi anak-anaknya.
Pendidikan seumur hidup bagi orang tua merupakan problem solving terhadap
fenomena tersebut. Aspek politis, pendidikan kewarganegaraan perlu
diberikan kepada seluruh rakyat untuk memahami fungsi pemerintah, DPR, MPR, dan
lembaga-lembaga negara lainnya. Tugas pendidikan seumur hidup menjadikan
seluruh rakyat menyadari pentingnya hak-hak pada negara demokrasi. Aspek
teknologis, pendidikan seumur hidup sebagai alternatif bagi para sarjana,
teknisi dan pemimpin di Negara berkembang untuk memperbaharui pengetahuan dan
keterampilan seperti dilakukan negara-negara maju. Aspek psikologis dan
pedagogis, sejalan dengan makin luas, dalam dan kompleknya ilmu
pengetahuan, tidak mungkin lagi dapat diajarkan seluruhnya di sekolah. Tugas
pendidikan sekolah hanya mengajarkan kepada peserta didik tentang metode
belajar, menanamkan motivasi yang kuat untuk terus-menerus belajar sepanjang
hidup, memberikan keterampilan secara cepat dan mengembangkan daya adaptasi.
2.
Belajar Seumur Hidup
Belajar seumur hidup
sering menjadi semboyan. Namun sungguh sayang jika ini hanya menjadi semboyan
saja. Karena belajar seumur hidup bisa menjadi filsafat hidup yang sangat
ampuh. Belajar seumur hidup bukan berarti kita harus terus sekolah sepanjang
hidup kita. Belajar banyak diartikan oleh masyarakat sebagai tugas
belajar yang terperangkap dalam sebuah “ruang” yang bernama kelas, setiap
harinya hanya duduk mendengarkan Guru/Dosen dan diakhir materi mendapatkan
ujian, bukan itu yang dimaksud. Paradigma belajar seperti ini harus segera kita
rubah. Pengertian belajar bukan hanya berada dalam ruangan tapi belajar disemua
tempat, semua situasi dan semua hal. Belajar berarti berlatih diri kita
sehingga kita memiliki sesuatu kemampuan yang baru atau kemampuan yang semakin
tinggi. Ini bisa belajar ilmu pengetahuan, keterampilan fisik, dan
belajar bersikap. Kalau kita mau, kita bisa memandang segala hal yang kita
alami sehari-hari sebagai kesempatan belajar. Ini menjadi semacam
filsafat hidup. Hidup seperti sekolah raksasa. Mata pelajaran: bebas.
Kurikulum: kehidupan yang produktif, indah dan bermakna. Kepala sekolahnya:
Tuhan sendiri. Setiap hari kita menyempurnakan rutinitas kita, tindakan
kita, trik-trik kita. Kita sempurnakan hubungan kita dengan orang yang
kita sayang. Hidup seperti sekolah raksasa. Mata pelajaran: bebas.
Kurikulum: kehidupan yang produktif, indah, dan bermakna. Kepala
sekolahnya: Tuhan sendiri.
Tujuan belajar seumur hidup:
1. Mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembaurannya seoptimal mungkin.
2. Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung seumur hidup.
1. Mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembaurannya seoptimal mungkin.
2. Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung seumur hidup.
Belajar baru berhasil
bila kita mampu membuat Habits / kebiasaan baru. Hal yang kita
lakukan sehari-hari yang meningkatkan kualitas hidup kita. Tentunya akan
sia–sia belajar tinggi-tinggi, susah-susah, kalau tidak ada perubahan dalam
tingkah laku kita, akal budi kita, kepribadian kita, sifat-sifat kita, dan
kebiasaan kita sehari-hari. Dan hal yang paling harus kita perhatikan adalah
perubahan Habits ini. Karena ia adalah identitas diri yang
sebenarnya. Kita boleh bilang apa saja, mengklaim apa saja tentang diri
kita. Tapi kita yang sebenarnya, the real me, adalah kebiasaan
atau habits kita itu. Itu hal yang kita lakukan, sadar atau tidak.
Belajar berarti memfungsikan hidup, orang yang tidak
belajar berarti telah kehilangan hidupnya, paling tidak telah kehilangan
hidupnya sebagai manusia. Karena hidup manusia itu bukan hanya individu dalam
dirinya saja tapi juga interaksi dengan sesamanya, dengan antar generasi dan
kehidupan secara universal. Dalam belajar terdapat interaksi antara tantangan (challenge)
dari alam luar diri manusia dan balasan (response) dari daya dalam diri
manusia. Dalam belajar juga terjadi interaksi komunikasi antara manusia dan
berlangsungnya kesinambungan antar generasi serta belajar melestarikan hidup,
mengamankan hidup dan menghindari pengrusakan hidup. Belajar berarti menghargai
hidup kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar