Mahasiswa Sosiologi Universitas
Negeri Jakarta
Kamis, 14 Mei 2020 09:08 WIB
Pembelajaran jarak jauh yang
dilakukan secara daring (online) memberikan banyak manfaat, misalnya
meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi untuk para pesertadidik.
SAAT wabah COVID-19 ini muncul
seluruh aktivitas manusia dibatasi, termasuk kegiatan pembelajaran—baik di
jenjang sekolah dasar sampai jenjang perkuliahan mulai menerapkan kegiatan
belajar dari rumah. Hal ini dilakukan guna membatasi penyebaran virus yang
masif. Kebijakan belajar dari rumah mulai diterapkan pada tanggal 9 Maret 2020
setelah menteri pendidikan dan kebudayaan mengeluarkan surat edaran nomor 2
tahun 2020 dan nomor 3 tahun 2020 tentang pembelajaran secara daring dan
bekerja dari rumah dalam rangka pencegahan penyebaran Corona Virus Disease
(COVID-19).
Seluruh pimpinan perguruan tinggi di
setiap daerah yang terdampak, diminta untuk menghentikan aktivitas kegiatan
akademik seperti perkuliahan secara tatap muka. Sebagai tindak lanjut dari
surat edaran tersebut seluruh perguruan tinggi juga diminta untuk mengeluarkan
kebijakan tentang proses pembelajaran secara daring bagi mahasiswa. Oleh
karenanya semua perguruan tinggi di Indonesia melakukan penyesuaian terhadap
kebijakan ini dalam merubah seluruh kegiatan belajar mengajar dilakukan secara
daring.
Tantangan
Perkuliahan Daring Saat Ini
Proses perkuliahan secara daring
dinilai sebagai tantangan baru di dalam era revolusi industri 4.0, apalagi di
tengah pandemi seperti sekarang ini. Hal tersebut dikarenakan ditahun ini
Indonesia secara resmi baru mengeluarkan kebijakan pendidikan tinggi yang
secara spesifik merespon tuntutan revolusi industri 4.0, dengan kebijakan yang
disebut dengan kampus merdeka. Program ini membuka ruang sangat luas bagi
mahasiswa untuk menentukan sendiri bidang-bidang pembelajaran yang menjadi
fokus dan minatnya. Selain itu, program ini juga dapat mendorong mahasiswa
tidak hanya melakukan pembelajaran di dalam kelas tapi juga pada masyarakat dan
melibatkan agency-agency yang luas.
Di saat seperti sekarang ini model
pembelajaran berbasis digital telah dimaksimalkan secara masif hampir diseluruh
Indonesia. Meskipun juga model ini terbilang belum secara menyeluruh menjangkau
lapisan sosial bawah yang ada di masyarakat. Karena pada dasarnya model
pembelajaran ini juga mempunyai syarat yang harus di penuhi yakni akses
terhadap informasi digital. Untuk itu jika ditinjau dari akses terhadap
teknologi digital, tidak semua mahasiswa mempunyai akses yang sama. Menurut
Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, Whisnu Triwibowo
menilai perkuliahan online berpotensi memicu ketimpangan sosial yang
berdampak pada kualitas pembelajaran mahasiswa.
Hal ini dikarenakan ketersediaan
infrastruktur digital yang belum merata, Indonesia saat ini belum menyediakan
infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), prasyarat utama untuk
pembelajaran jarak jauh, yang memadai dan meluas untuk seluruh warganya. Selain
itu, status sosio-ekonomi juga mempengaruhi tingkat kompetensi dan literasi dalam
menggunakan TIK, ketika dosen atau mahasiswa yang gagap teknologi tidak akan
mampu mengelola pembelajaran. Keterkaitan erat antara kesenjangan sosial,
ketersediaan akses, dan keterampilan digital saling mempengaruhi kualitas PJJ
dan membuat kesenjangan digital menjadi masalah multidimensi.
Tantangan bagi dosen dan mahasiswa
memang terkait pada pemanfaatan teknologi pembelajaran yang harus terus
ditingkatkan kualitasnya. Terlebih Muatan pembelajaran daring masih perlu terus
disempurnakan agar lebih interaktif sehingga memungkinkan Mahasiswa dapat lebih
terlibat (engaged) dalam proses pembelajaran. Daya dukung teknologi juga
perlu terus ditingkatkan kualitasnya, sebagaimana fasilitas yang digunakan
perusahaan-perusahaan penyedia konten (content provider).
Dalam hal ini dosen juga harus siap
dengan komunikasi yang intens dengan mahasiswa, berbagai kanal percakapan
seperti WhatsApp, forum, telepon sampai video call harus tetap
melayani mahasiswa di tengah pandemi saat ini. Dengan proses yang sedemikian
diharapkan mampu mengembangkan kualitas pembelajaran. Disamping itu juga
dibutuhkannya kapasitas kelembagaan literasi digital dosen dan mahasiswa yang
harus dikembangkan.
Menakar
kesiapan Pembelajaran Jarak Jauh
Tidak bisa dipungkiri bahwa semua
pihak yang menjalani perkuliahan daring mengalami kepanikan baik dosen dan
mahasiswa sekalipun. Masalah teknis menjadi salah satu kendala dari sekian
banyak kendala dan problem dalam proses belajar mengajar secara daring. Masalah
teknis yang ditemui biasanya mulai dari kendala kouta,signal, hingga kendala
dari aplikasi online yang kita pakai.
Oleh karenanya sebenarnya secara
umum kita belum siap secara menyeluruh untuk melakukan perkuliahan daring saat
ini, apalagi mahasiswa banyak yang menyoal tentang keluhan gagalnya memahami
materi yang disampaikan lewat daring. Hal ini memang dirasa wajar karena baik
mahasiswa dan dosen belum adanya peralihan dan kemampuan adaptasi dari proses
pembelajaran seperti ini. Terlebih lagi pada dasarnya setiap mahasiswa memiliki
kemampuan dan pengalaman yang berbeda dengan mahasiswa lainnya yang mungkin
sudah terbiasa dengan pembelajaran online.
Setidaknya terdapat tiga factor yang
mempengaruhi kemampuan mahasiswa untuk menyelesaikan perkuliahaan daring, yakni
faktor eksternal, internal dan kontekstual. Beberapa factor eksternal
diantaranya adalah kendala waktu, adanya tekanan keluarga, kurangnya dukungan
di lingkungan sekitar dan masalah keuangan. Hal tersebut berkaitan dengan
konteks mentalitas mahasiswa yang mempunyai kendala dan tuntutan tentang tugas
yang diberikan secara terus menerus. Hal ini mungkin saja berpengaruh terhadap
aspek psikologis mahasiswa tersebut. Terlebih jika mahasiswa tersebut
mempunyai tuntutan kebutuhan biaya sehari hari apalagi ditambah dengan
kebutuhan kuota internet yang menambah beban keuangan mahasiswa.
Selain itu juga faktor internal yang
berkaitan dengan disiplin dan kemampuan mengatur waktu, hal tersebut juga
terkait dengan bagaimana mahasiswa dapat menyiapkan kedisiplinannya untuk fokus
pada perkuliahaan. Sementara factor kontekstual lebih cenderung kepada aplikasi
online yang tidak ramah kepada pengguna (user-frendly),kemampuan
penguasaan teknologi, kurangnya interaktivitas, perasaan terisolasi karena
harus belajar mandiri serta kurangnya kehadiran instruktur yang dapat
membimbing secara langsung. Untuk itu ketiga faktor tersebut sangat
mempengaruhi keputusan mahasiswa untuk bertahan dengan perkuliahan daring atau
tidak, tentunya hal ini akan berpengaruh terhadap penilaian pembelajaran
nantinya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar