Kamis, 22 November 2018

Pendidikan Yang Membebaskan


Pendidikan Yang Membebaskan Menurut Paulo Freire
8 Januari 2013   14:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:22  3690  1 0
Hasil gambar untuk pendidikan yang membebaskan
Paulo Freire adalah tokoh pendidikan yang sangat kontroversial. Ia menggugat sistem pendidikan yang telah mapan dalam masyarakat Brasil. Bagi dia, sistem pendidikan yang ada sama sekali tidak berpihak pada rakyat miskin tetapi sebaliknya justru mengasingkan dan menjadi alat penindasan oleh penguasa. Karena pendidikan yang demikian hanya menguntungkan penguasa maka harus dihapuskan dan digantikan dengan sistem pendidikan yang baru. Sebagai jalan keluar atas kritikan tajam itu maka Freire menawarkan suatu sistem pendidikan alternatif yang menurutnya relevan bagi masyarakat miskin dan tersisih. Kritikan dan pendidikan altenatif yang ditawarkan Freire itu menarik untuk dipakai menganalisis permasalahan pendidikan di Indonesia. Walaupun harus diakui bahwa konteks yang melatarbelakangi lahirnya pemikiran yang kontroversial mengenai pendidikan itu berbeda dengan konteks Indonesia. Namun di balik kesadaran itu, ada keyakinan bahwa filsafat pendidikan yang ada di belakang pemikiran Freire dan juga metodologi
pendidikan yang ditawarkan akan bermanfaat dalam “membedah” permasalahan pendidikan di Indonesia.
Pandangan Paulo Freire Tentang Pendidikan. Pandangan Paulo Freire tentang pendidikan tercermin dalam kritikannya yang tajam terhadap sistem pendidikan dan dalam pendidikan alternatif yang ia tawarkan. Baik kritikan maupun tawaran konstruktif Freire keduanya lahir dari suatu pergumulan dalam konteks nyata yang ia hadapi dan sekaligus merupakan refleksi filsafat pendidikannya yang berporos pada pemahaman tentang manusia.
a. Konteks Yang Melatarbelakangi Pemikiran Paulo Freire.
Hidup Freire merupakan suatu rangkaian perjuangan dalam konteksnya. Ia lahir tanggal 19 September 1921
di Recife, Timur Laut Brasilia. Masa kanak-kanaknya dilalui dalam situasi penindasan karena orang tuanya
yang kelas menengah jatuh miskin pada tahun 1929. Setamat sekolah menengah, Freire kemudian belajar
Hukum, Filsafat, dan Psikologi. Sementara kuliah, ia bekerja “part time” sebagai instuktur bahasa Potugis di
sekolah menengah. Ia meraih gelar doktor pada tahun 1959 lalu diangkat menjadi profesor. Dalam kedudukannya sebagi dosen, ia menerapkan sistem pendidikan “hadap-masalah” sebagai kebalikan dari pendidikan “gaya bank”. Sistem pendidikan hadap masalah yang penekanan utamanya pada penyadaran nara didik menimbulkan kekuatiran di kalangan para penguasa. Karena itu, ia dipenjarakan pada tahun 1964 dan kemudian diasingkan ke Chile. Pengasingan itu, walaupun mencabut ia dari akar budayanya yang menimbulkan ketegangan, tidak membuat idenya yang membebaskan “dipenjarakan”, tetapi sebaliknya ide itu semakin menyebar ke seluruh dunia. Ia mengajar di Universitas Havard, USA pada tahun 1969-1970. Ia pernah menjadi konsultan bidang pendidikan WCC.
Pemikiran Paulo Freire tentang pendidikan lahir dari pergumulannya selama bekerja bertahun-tahun di tengah-tengah masyarakat desa yang miskin dan tidak “berpendidikan”. Masyarakat feodal (hirarkis) adalah struktur masyarakat yang umum berpengaruh di Amerika Latin pada saat itu. Dalam masyarakat feodal yang hirarkis ini terjadi perbedaan mencolok antara strata masyarakat “atas” dengan strata masyarakat “bawah”. Golongan atas menjadi penindas masyarakat bawah dengan melalui kekuasaan politik dan akumulasi kekayaan, karena itu menyebabkan golongan masyarakat bawah menjadi semakin miskin yang sekaligus semakin menguatkan ketergantungan kaum tertindas kepada para penindas itu.
Dalam kehidupan masyarakat yang sangat kontras itu, lahirlah suatu kebudayaan yang disebut Freire dengan
kebudayaan “bisu”. Kesadaran refleksi kritis dalam budaya seperti ini tetap tidur dan tidak tergugah. Akibatnya waktu lalu hanya dilihat sebagai sekat hari ini yang menghimpit. Manusia tenggelam dalam “hari ini” yang panjang, monoton dan membosankan sedangkan eksistensi masa lalu dan masa akan datang belum disadari. Dalam kebudayaan bisu yang demikian itu kaum tertindas hanya menerima begitu saja segala perlakuan dari kaum penindas. Bahkan, ada ketakutan pada kaum tertindas akan adanya kesadaran tentang ketertindasan mereka. Itulah dehumanisasi karena bahasa sebagai prakondisi untuk menguasai realitas hidup telah menjadi kebisuan. Diam atau bisu dalam konteks yang dimaksud Freire bukan karena protes atas perlakuan yang tidak adil. Itu juga bukan strategi untuk menahan intervensi penguasa dari luar. Tetapi, budaya bisu yang terjadi adalah karena bisu dan bukan membisu. Mereka dalam budaya bisu memang tidak tahu apa-apa. Mereka tidak memiliki kesadaran bahwa mereka bisu dan dibisukan. Karena itu, menurut Freire untuk menguasai realitas hidup ini termasuk menyadari kebisuan itu, maka bahasa harus dikuasai. Menguasai bahasa berarti mempunyai kesadaran kritis dalam mengungkapkan realitas. Untuk itu, pendidikan yang dapat membebaskan dan memberdayakan adalah pendidikan yang melaluinya nara didik dapat mendengar suaranya yang asli. Pendidikan yang relevan dalam masyarakat berbudaya bisu adalah mengajar untuk memampukan mereka mendengarkan suaranya sendiri dan bukan suara dari luar termasuk suara sang pendidik. Dalam konteks yang demikian itulah Freire bergumul.  Ia terpanggil untuk membebaskan masyarakatnya yang tertindas dan yang telah “dibisukan”. Pendidikan “gaya bank” dilihatnya sebagai salah satu sumber yang mengokohkan penindasan dan kebisuan itu. Karena itulah, ia menawarkan pendidikan “hadapmasalah” sebagai jalan membangkitkan kesadaran masyarakat bisu.
b. Kritikan Paulo Freire Terhadap Pendidikan “Gaya Bank”.
Dalam sistem pendidikan yang diterapkan di Brasilia pada masa Freire, anak didik tidak dilihat sebagai yang dinamis dan punya kreasi tetapi dilihat sebagai benda yang seperti wadah untuk menampung sejumlah rumusan/dalil pengetahuan. Semakin banyak isi yang dimasukkan oleh gurunya dalam “wadah” itu, maka semakin baiklah gurunya. Karena itu semakin patuh wadah itu semakin baiklah ia. Jadi, murid/nara didik hanya menghafal seluruh yang diceritrakan oleh gurunya tanpa mengerti. Nara didik adalah obyek dan bukan subyek. Pendidikan yang demikian itulah yang disebut oleh Freire sebagai pendidikan “gaya bank”. Disebut pendidikan gaya bank sebab dalam proses belajar mengajar guru tidak memberikan pengertian kepada nara didik, tetapi memindahkan sejumlah dalil atau rumusan kepada siswa untuk disimpan yang kemudian akan dikeluarkan dalam bentuk yang sama jika diperlukan. Nara didik adalah pengumpul dan penyimpan sejumlah pengetahuan, tetapi pada akhirnya nara didik itu sendiri yang “disimpan” sebab miskinnya daya cipta. Karena itu pendidikan gaya bank menguntungkan kaum penindas dalam melestarikan penindasan terhadap sesamanya manusia.
Pendidikan “gaya bank” itu ditolak dengan tegas oleh Paulo Freire. Penolakannya itu lahir dari pemahamannya tentang manusia. Ia menolak pandangan yang melihat manusia sebagai mahluk pasif yang tidak perlu membuat pilihan-pilihan atas tanggung jawab pribadi mengenai pendidikannya sendiri. Bagi Freire manusia adalah mahluk yang berelasi dengan Tuhan, sesama dan alam. Dalam relasi dengan alam, manusia tidak hanya berada di dunia tetapi juga bersama dengan dunia. Kesadaran akan kebersamaan dengan dunia menyebabkan manusia berhubungan secara kritis dengan dunia. Manusia tidak hanya bereaksi secara refleks seperti binatang, tetapi memilih, menguji, mengkaji dan mengujinya lagi sebelum melakukan tindakan. Tuhan memberikan kemampuan bagi manusia untuk memilih secara reflektif dan bebas. Dalam relasi seperti itu, manusia berkembang menjadi suatu pribadi yang lahir dari dirinya sendiri. Bertolak dari pemahaman yang demikian itu, maka ia menawarkan sistem pendidikan alternatif sebagai pengganti pendidikan “gaya bank” yang ditolaknya. Sistem pendidikan alternatif yang ditawarkan Freire disebut pendidikan “hadap-masalah”.
c. Pendidikan “Hadap-Masalah”: Suatu Pendidikan Alternatif.
Pendidikan “hadap-masalah” sebagai pendidikan alternatif yang ditawarkan oleh Freire lahir dari konsepsinya tentang manusia. Manusia sendirilah yang dijadikan sebagai titik tolak dalam pendidikan hadap-masalah. Manusia tidak mengada secara terpisah dari dunia dan realitasnya, tetapi ia berada dalam dunia dan bersama-sama dengan realitas dunia. Realitas itulah yang harus diperhadapkan pada nara didik supaya ada kesadaran akan realitas itu. Konsep pedagogis yang demikian didasarkan pada pemahaman bahwa manusia mempunyai potensi untuk berkreasi dalam realitas dan untuk membebaskan diri dari penindasan budaya, ekonomi dan politik.
Kesadaran tumbuh dari pergumulan atas realitas yang dihadapi dan diharapkan akan menghasilkan suatu tingkah laku kritis dalam diri nara didik. Freire membagi empat tingkatan kesadaran manusia, yaitu :
1) Kesadaran intransitif, dimana seseorang hanya terikat pada kebutuhan jasmani, tidak sadar akan sejarah dan tenggelam dalam masa kini yang menindas.
2) Kesadaran semi intransitif atau kesadaran magis. Kesadaran ini terjadi dalam masyarakat berbudaya bisu, dimana masyarakatnya tertutup. Ciri kesadaran ini adalah fatalistis. Hidup berarti hidup di bawah kekuasaan orang lain atau hidup dalam ketergantungan.
3) Kesadaran Naif. Pada tingkatan ini sudah ada kemampuan untuk mempertanyakan dan mengenali realitas, tetapi masih ditandai dengan sikap yang primitif dan naif, seperti: mengindentifikasikan diri dengan elite, kembali ke masa lampau, mau menerima penjelasan yang sudah jadi, sikap emosi kuat, banyak berpolemik dan berdebat tetapi bukan dialog.
4) Kesadaran kritis transitif. Kesadaran kritis transitif ditandai dengan kedalaman menafsirkan masalah-masalah, percaya diri dalam berdiskusi, mampu menerima dan menolak. Pembicaraan bersifat dialog. Pada tingkat ini orang mampu merefleksi dan melihat hubungan sebab akibat.
Bagi Freire pendidikan yang membebaskan adalah pendidikan yang menumbuhkan kesadaran kritis transitif. Memang ia tidak bermaksud bahwa seseorang langsung mencapai tingkatan kesadaran tertinggi itu, tetapi belajar adalah proses bergerak dari kesadaran nara didik pada masa kini ke tingkatan kesadaran yang di atasnya. Dalam proses belajar yang demikian kontradiksi guru-murid (perbedaan guru sebagai yang menjadi sumber segala pengetahuan dengan murid yang menjadi orang yang tidak tahu apa-apa) tidak ada. Nara didik tidak dilihat dan ditempatkan sebagai obyek yang harus diajar dan menerima. Demikian pula sebaliknya guru tidak berfungsi sebagai pengajar. Guru dan murid adalah sama-sama belajar dari masalah yang dihadapi. Guru dan nara didik bersama-sama sebagai subyek dalam memecahkan permasalahan. Guru bertindak dan berfungsi sebagai koordinator yang memperlancar percakapan dialogis. Ia adalah teman dalam memecahkan permasalahan. Sementara itu, nara didik adalah partisipan aktif dalam dialog tersebut.
Materi dalam proses pendidikan yang demikian tidak diambil dari sejumlah rumusan baku atau dalil dalam buku paket tetapi sejumlah permasalahan. Permasalahan itulah yang menjadi topik dalam diskusi dialogis itu yang diangkat dari kenyataan hidup yang dialami oleh nara didik dalam konteksnya sehari-hari, misalnya dalam pemberantasan buta huruf. Pertamatama peserta didik dan guru secara bersama-sama menemukan dan menyerap tema-tema kunci yang menjadi situasi batas (permasalahan) nara didik. Tema-tema kunci tersebut kemudian didiskusikan dengan memperhatikan berbagai kaitan dan dampaknya. Dengan proses demikian nara didik mendalami situasinya dan mengucapkannya dalam bahasanya sendiri. Inilah yang disebut oleh Freire menamai dunia dengan bahasa sendiri. Kata-kata sebagai hasil penamaan sendiri itu kemudian dieja dan ditulis. Proses demikian semakin diperbanyak sehingga nara didik dapat merangkai kata-kata dari
hasil penamaannya sendiri.
d. Relevansi Pemikiran Freire dalam Konteks Indonesia.
Allen J.Moore mengatakan bahwa konsep Freire yang dirumuskan dalam konteks Amerika Latin tidak bisa
diterapkan begitu saja dalam konteks yang berbeda sebab situasinya dan permasalahannya tidak sama.
Peringatan Moore ini adalah satu kendali supaya kita tidak bertindak naif dalam menganalisis suatu permasalahan dalam konteks yang khas. Hal itu sekaligus menjadi peringatan supaya kritikan Freire dapat dipakai secara kritis dalam menganalisis permasalahan pendidikan di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia. Memang harus diakui bahwa konteks permasalahan Amerika Latin, khususnya Brasilia tidak sama persis dengan permasalahan dalam masyarakat Indonesia, tetapi dalam banyak hal kita menemukan persamaan. Masyarakat Indonesia yang terdiri atas suku-suku adalah masyarakat hierarkis yang nampak dalam strata sosial yang mempunyai sebutan khas di berbagai daerah.  Walaupun strata sosial ini sudah tidak terlalu nampak tetapi justru telah lahir suatu strata sosial baru yang prakteknya hampir sama dengan feodalisme tradisional. Pemegang kendali dalam feodalisme modern adalah kelompok pedagang/pengusaha yang menguasai ekonomi lebih dari setengah kekayaan yang ada. Kelompok tersebut mengakumulasikan kekayaan kurang lebih 80 % kekayaan Indonesia padahal jumlah mereka tidak lebih dari 20 % dari jumlah penduduk. Kedua kelompok “penindas” tersebut semakin memperkokoh kekuasaannya sebab secara praktik hanya mereka yang mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi yang sangat mahal dan terpola dalam sistem kekuasaan itu. Generasi itulah yang kemudian menjadi pewaris “tahta penindasan”. Kalau ada dari kelompok rakyat kecil yang mampu mengecap pendidikan tinggi, ia akan berubah menjadi pemegang kendali feodalisme baru itu baik dalam rangka balas dendam maupun dalam “penindasan” terhadap sesamanya kaum “tertindas”.
Salah satu kritikan Freire adalah pendidikan yang berupaya membebaskan kaum tertindas untuk menjadi penindas baru. Bagi Freire pembebasan kaum tertindas tidak dimaksudkan supaya ia bangkit menjadi penindas yang baru, tetapi supaya sekaligus membebaskan para penindas dari kepenindasannya.
Dalam proses belajar mengajar, pemerintah Republik Indonesia telah mengupayakan untuk menerapkan pendekatan cara belajar siswa aktif (CBSA), tetapi hanya metodenya sajalah yang CBSA. Sementara materi yang disampaikan masih merupakan barang asing yang tidak lahir dari dalam konteks dimana manusia itu ada sehingga pada akhirnya siswa kembali menjadi “bank” penyimpanan sejumlah pengetahuan. Memang siswa aktif belajar dan mungkin berdiskusi dalam kelas tetapi yang  didiskusikan dan dipelajari dalam kelas adalah sejumlah dalil dan rumus yang tidak punya hubungan dengan kehidupannya. Lagi pula relasi guru-siswa adalah pengajar dan yang diajar. Siswa adalah yang belum tahu dan harus diberitahu sedangkan guru adalah yang sudah tahu dan akan memberitahukan. Bukankah itu semua yang disebut oleh Paulo Freire dengan pendidikan “gaya bank”?

Sumber: https://www.kompasiana.com/chik-hikmawan/551c02b38133110a0a9de89e/pendidikan-yang-membebaskan-menurut-paulo-freire

Kamis, 15 November 2018

Pentingnya Pendidikan untuk Masa Depan


Pentingnya Pendidikan untuk Masa Depan
12 November 2015   07:08 Diperbarui: 12 November 2015   07:54  153  0 0

Hasil gambar untuk Meraih masa depan dengan pendidikan
Manfaat pendidikan seperti yang kita ketahui sangatlah penting oleh karna itu pemerintah selalu meningkatkan kualitas pendidikan.generasi mudahlah yang akan memimpin Negeri ini kedepan,bila kita generasi muda ini tidak mendapatkan kualitas pendidikan yang baik maka kita akan kalah dengan bangsa-bangsa yang lain.maka dari itu kita harus meningkatkan kemampuan kita untuk menghadapi persaingan-persaingan dimanapun.
Semakin baik jenjang pendidikan kita maka semakin besar juga untuk mendapatkan pekerjaan apapun yang kita mau.karena saat ini mencari pekerjaan sangatlah sulit apalagi jika kita tidak berpendidikan maka lebih sulit lagi mendapatkan pekerjaan.pendidikan merupakan salah satu modal yang kita miliki untuk hidup di zaman yang serba sulit ini.Mengapa dikatakan serba sulit karena bila kita ingin memulai suatu bisnis atau usaha tentu saja pendidikan,kemampuan dan pengetahuanlah yang di butuhkan.
Tetapi mengapa masih banyak sekali warga di indonesia tidak merasakan bangku pendidikan apalagi didaerah-daerah terpencil.Sepertinya kesadaran mereka tentang pentingnya pendidikan harus ditingkatkan.jika kita ingin menjadi maju maka tentunya kita harus meningkatkan mutu pendidikan kita jangan kita terpengaruh terhadap perkembangan sekarang ini.seperti yang dikatakan seorang guru berpikir adalah pendidikan kita dapat menerima gagasan dan memperluas pemikiran kita dan belajar hal-hal baru.
Oleh karena itu sangat mudah menyimpulkan bahwa pendidikan mengarah ke keberhasilan.Pendidikan juga melepaskan kita dari kungkungan pikiran kita dan memaksa kita untuk berpikir dan mempertanyakan suatu hal.hal ini membuat kita sadar akan hak-hak kita untuk tidak diperbudak baik dengan pikiran atau tindakan.sebagai contoh jika kita melihat bahwa masyarakat dibeberapa bagian lain didunia telah mencoba sesuatu yang baru,maka kita mungkin juga melakukan hal yang sama.Karena pendidikan dapat mengubah proses berpikir kita menjadi lebih baik.karena itu membantu dalam membuat kita lebih toleran dan menerima.
Ada juga pendidikan sebagai konsep yang perlu ditanamkan pada anak-anak usia dini,Mereka perlu diberitahu bahwa pendidikan tidak hanya berarti pengetahuan atau hanya mengenal buku dan tulisan atau hal-hal belajar dengan hafalan dan juga berhitung tetapi memegang makna yang jauh lebih dalam.pendidikan tidak terbatas pada ruang kelas saja.selain sumber-sumber maka hal itu harus dicari dari apa saja.pendidikan jasmani juga memiliki peran utama dalam pendidikan seseorang karena membuat tubuh kita sehat dan dengan demikian menguatkan pikiran kita untuk mencari pengetahuan.
Pemahaman yang lebih baik dan mengetahui bagaimana dalam dunia ini hidup dan berpikir ini adalah cara untuk menanamkan pentingnya pendidikan pada anak-anak.pendidikan melampaui program pemberantasan buta huruf hal ini jauh lebih dalam,dalam menandakan suatu cara bagaimana orang itu hidup dan berpikir.pendididikan juga memberikan kita pengetahuan tentang dunia.
Jadi mengapa dikatakan pendidikan itu penting karena membantu kita mendapatkan dan mengembangkan sudut pandang.Dalam bidang apapun,pendidikan selalu terbukti bermanfaat.kita ditimbang dipasar kerja atas dasar kerampilan pendidikan kita dan seberapa baik kita dapat menerapkannya.pendidikan juga mengajarkan kita perilaku benar dan sopan santun,sehingga membuat kita beradab.
Hal ini penting dalam mengembangkan nilai-nilai dan kebijakan kita untuk memupuk kita menjadi individu dewasa invidu yang mampu merencanakan masa depan dan mengambil keputusan yang tepat dalam hidup.pedidikan memberi kita wawasan hidup,dan mengajarkan kita untuk mengajarkan kita dari pengalaman.pendidikan juga dapat dikatakan sebagai tulang punggung masyarakat yang baik membuat kita lebih manusiawi.
Membantu menciptakan gambaran yang jelas tentang hal-hal disekitar kita,dan menghapus semua kebingungan,semakin banyak kita belajar semakin banyak pertanyaan yang kita miliki,dan tampa pertanyaan tidak ada jawaban membuat kita lebih sadar diri.meskipun tidak terdaftar sebagai salah satu dari tiga kebutuhan msnusia untuk kemajuan bangsa.karenanya jangan pernah patah semangat untuk melalui rintangan-rintangan apapun yang menghadang kita.
Mimpi dan niat awal dari segalanya dan berusaha keras untuk meraih masa depan yang cerah jika yakin dengan kemampuan diri sendiri maka berani mencoba tantangan baru kita jangan pernah takut untuk maju sebelum berperang kita akan mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman,dan pengalaman adalah guru yang terbaik untuk bisa meraih masa depan yang indah.jangan sampai kegagalan menjadi halangan untuk meraih masa depan yang cerah belajarlah selalu dari kegagalan dan menghargai usaha yang anda buat.
Jika kita ingin menjadi didepan maka mulailah sekarang agar tahun depan kita akan tahu banyak hal anda tidak akan mengetahui masa depan jika anda berdiam diri kita tidak akan mengetahui masa depan seperti apa yang akan kita raih.Orang yang memiliki masa depan yang cerah yaitu orang yang memiliki pendidikan maka dari itu jangan pernah lelah untuk meraih pendidikan agar kita mendapatkan masa depan yang cemerlang,karena pendidika adalah ujung tombak dalam meraih cita-cita.
Tidak sedikit kita mendengar ataupun membaca orang-orang yang berhasil mendapatkan pendidikan bukan karena mereka berhasil mendapatkan pendidikan tetapi mereka jusru berhasil mendapatkan pendidikan itu sendiri dengan semangat yang mereka miliki pendidikan akan meningkatkan kualitas hidup kita.yang lebih penting melalui pendidikan kita juga bisa berkonrobusi kepada lingkungan dimana kita berada dan tentunya juga tidak merugikan orang lain atau mengambil keuntungan dari kesusahan orang lain.
Sekarang pilihan ada ditangan kita apakah kita ingin menjadi orang terdidik atau tidak kita bisa membayangkan apa jadinya jika kita tanpa pendidikan atau tidak berpendidikan.kita jangan pernah melewatkan kesempatan sekecil apapun karena pengalaman akan membuat kita jadi besar.jadi kita harus membentuk diri kita masing-masing apa gunanya pendidikan tinggi jika akhirnya tidak menjadi apa-apa.
Maka dari itu kita sendirilah yang membentuk karakter kita karena pendidikan adalah media untuk mengasah kemampuan kita baik dibidang politik,ekonomi dan sebagainya.pendidikan akan akan membuka wawasan kita dan ketika kita akan berpikir dan menilai sendiri apa pentingnya pendidikan.
Semakin banyak yang kamu baca,semakin banyak yang kamu tahu.Semakin banyak yang kamu tahu,maka akan semakin sering kamu belajar.Semakin banyak kamu belajar akan semakin berilmu.semakin berilmu,makin banyak relasi.semakin banyak relasi maka akan semakin mudah bagi kita untuk sekedar mengelilingi dunia ini.pendidikan adalah kunci untuk membuka emas kebebasan dan tujuan utama dari pendidikan adalah mengubah Jendela jadi pintu.Dan belajarlah dari masa lalu jika kita ingin mendefinisikan masa depan.
Sumber: https://www.kompasiana.com/yunitaolii1993/5643d86eb07a614a05fb277f/pentingnya-pedidikan-untuk-masa-depan




Cara Meningkatkan Cara Belajar


Dalam segala hal, sudah tentu kita akan melewati yang namanya proses belajar. Bukan hanya dalam hal akademiki, dalam dunia kerja juga membutuhkan atau melewati yang namanya proses belajar. Karena proses belajar adalah proses untuk bisa mencapai sesuatu, sudah bukan waktunya lagi untuk terlalu bergantung pada orang lain. Maka dari itu, kita sebagai seorang insan haruslah belajar untuk bisa mencapai sesuatu dengan usaha kita sendiri. Karena mendapatkan kesuksesan karena usaha sendiri akan berbeda rasanya dengan mendapatkan kesuksesan dengan banyak bantun orang lain.
Permasalahan yang sering kita temui ketika akan belajar adalah malas untuk memulainya atau dengan kata sederhananya disebut kurangnya semangat untuk belajar. Ada banyak hal yang bisa membuat kurangnya semangat belajar, bisa disebabkan karena faktor lingkungan atau memang faktor dari dalam diri kita sendiri. Lalu bagaimana cara untuk mengatasi serat meningkatkan semangat belajar.
Hasil gambar untuk MENINGKATKAN CARA BELAJAR
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dicoba untuk bisa meningkatkan semangat belajar. 4 Cara meningkatkan semangat belajar
  1. Perbaiki Lingkungan
Pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap semangat belajar yang ada dalam diri kita. Karena ketika berada dalam lingkungan mereka yang rajin dan punya semangat besar untuk belajar akan membuat kita merasa malu karena tidak bisa menjadi seperti mereka. Secara perlahan cara ini akan mempengaruhi penignkatan semangat belajar yang kita miliki. Akan berbeda halnya apabila kita bergaul dengan mereka yang cenderung banyak malasnya, bisa kita bayangkan sendiri bagaimana jadinya. Oleh karena itu, dalam hal memilih lingkungan yang baik tentulah kita harus bisa menuntut diri untuk lebih selektif memilih teman.
  1. Rincikan Target dan Impian
Merincikan target dan impian adalah salah satu cara yang cukup efektif untuk meningkatkan semangat belajar dalam diri. Betapa tidak? Setiap target dan impian yang ingin kita capai tentunya tidak akan bisa didapatkan secara percuma, dan salah satu cara untuk bisa mendapatkan dan meraih target serta impian itu adalah dengan belajar. Dengan demikian, secara tidak langsung impian dan target telah menjadi motivasi terbesar untuk bisa meningkatkan semangat belajar.
  1. Atur Jadwal Belajar
Mengatur jadwal belajar perlu dilakukan, karena tingkat konsentrasi otak manusia bisa dikatakan tidak terlalu lama. Kalau dihitung hanya sekitar 15 menitan, oleh sebab itu perlu kita atur jadwal yang tentu sehingga bisa meningkatkan semangat belajar. Mengatur waktu juga bisa melatih kita untuk lebih bersikap disiplin. Tumbuhnya semangat belajar biasanya beriringan dengan tumbuhnya sikap disiplin dalam diri kita. Bukankah lebih baik belajar sedikit tapi rutin daripada belajar banyak namun sekligus. Belajar banyak dan sekaligus biasanya akan membuat kita mudah bosan dan akhirnya hanya beberapa yang bisa diserap.
  1. Tingkatkan konsentrasi
Ada banyak cara untuk bisa meningkatkan semangat belajar, salah satunya adalah dengan meningkatkan konsentrasi. Dengan demikian, semangat belajar akan meningkat bertahap.  Cara untuk meningkatkan konsentrasi adalah dengan menganal diri kita dahulu, apakah kita bisa konsentrasi ketika sepi tanpa gangguan atau harus dengan iringan musik atau bagaimana. Cara lain untuk meningkatkan konsentrasi adalah meditasi atau menanangkan diri.
Demikian artikel mengenai cara meningkatkan semangat belajar, semoga bisa membantu. Hal di atas akan lebih baik lagi jika diterapkan dengan konsistensi. Karena dengan konsistensi segala sesuatu yang ingin di budayakan akan tercapai dengan baik.

Sumber: http://tuntasnews.com/2018/03/05/5-tips-meningkatkan-motivasi-belajar/

Jumat, 02 November 2018

Pendidikan Masa Kini


Pendidikan Masa Kini
3 September 2014   01:44 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:47  4030  0 0
Hasil gambar untuk Pendidikan masa kini
Pendidikan masa kini identik dengan teknologi dan inovasi yang beragam, mulai dari penggunaan buku hingga penggunaan notebook sebagai media tulis untuk pembelajaran, inovasi juga digunakan untuk mengefisiensi waktu dan juga agar seorang pelajar dapat menyerap ilmu yang di ajarkan oleh tenaga pengajar. Pembelajaran masa kini juga berbeda jauh dengan pembelajaran pada zaman dahulu, pembelajaran masa lalu identik dengan ketegasan karna mereka berpikir bahwa jika mengajar dengan tegas maka para siswa akan menerima pelajaran dengan sempurna, sedangkan pada masa masa kini pendidikan di lakukan dengan cara yang lebih santai karna pada masa kini orang-orang berpikir bahwa jika dengan cara yang santai atau dengan cara keakraban maka para siswa akan menerima pelajaran dengan baik.
Pendidikan di Indonesia dipandang masih rendah jika di bandingkan dengan pendidikan negara-negara lain, hal tersebut di buktikan dengan kesadaran para penduduk Indonesia yang lebih mementingkan untuk bekerja secara dini dibandingkan dengan menuntut ilmu untuk masa yang mendatang. Mereka berpikir jika belajar hanya membuang-buang waktu saja, lebih baik bekerja dan mendapatkan uang dari pada belajar membuang-buang waktu dan menghabiskan biaya. Disamping dengan cara berpikir mereka yang seperti itu, kemiskinan juga menjadi faktor dimana seseorang lebih mementingkan untuk mencari uang agar mereka dapat menyambung hidup dibandingkan belajar yang mereka pikir hanya membuang-buang waktu saja.
Pendidikan masa kini juga berbeda dengan pendidikan masa lalu, pendidikan masa lalu hanya didapat untuk para keluarga bangsawan saja sedangkan pendidikan masa kini bisa di dapat untuk semua keluarga mulai dari menengah hingga bawah. Ketika pendidikan masa kini bebas didapatkan oleh setiap masyarakat malah di wajibkan oleh pemerintah Indonesia, malah masyarakat menengah ke bawah yang menolaknya berbeda dengan masyarakat masa lalu yang ingin sekali atau mendambakan untuk bisa mendapatkan ilmu atau bisa bersekolah.
Pendidikan di Indonesia masa kini juga di cemari dengan tindakan-tindakan yang kurang pantas dari para tenaga pengajar maupun para instansi-instansi yang terkait, dari mulai pencabulan hingga korupsi dana yang akan di tujukan untuk para pelajar Indonesia. Mereka melakukan hal tersebut dengan berdasarkan ketidak aktifan pengawasan yang harus diperketat agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak akan terjadi kembali. Hal tersebut juga imbas dari pendidikan masa lalu yang kurang memperhatikan akhlak sehingga mereka hanya mendapat ilmu untuk kegiatan sehari-hari tanpa memperhatikan dengan nilai-nilai norma dan agama. Maka dari itu pendidikan masa kini atau kurikulum 2013 di rancang dengan mementingkan akhlak dari pada nilai kognitif dari para siswanya, nilai kognitif dikurikulum 2013 juga tidak di pandang dengan sebelah mata sehingga membentuk para pelajar yang cerdas dan berakhlak mulia.
Demikianlah pendidikan masa kini yang saya tulis, mungkin terdapat beberapa perbedaan dengan pendidikan masa lalu, tetapi pendidikan masa lalu maupun masa kini di tujukan sama yaitu untuk membuat masyarakat lebih cerdas sehingga tidak akan tergerus oleh zaman yang lebih canggih dan maju ini.

Sumber: https://www.kompasiana.com/danangrifky/54f5e4d2a333113a778b4589/pendidikan-masa-kini

Pembelajaran Jarak Jauh di Masa Pandemi

Teddy Triyadi Nugroho Mahasiswa Sosiologi Universitas Negeri Jakarta Kamis, 14 Mei 2020 09:08 WIB Pembelajaran jarak jauh yang ...